Alhamdulillah,
memperhatikan akhir-akhir ini semakin banyak kaum muslimin yang mencoba mendekatkan
diri dengan Al Quran. Semakin banyak pula
didirikan lembaga baca Al Qur’an, lembaga
penghafal Quran, dan gerakan membaca Al Quran.
Al-Quran merupakan kalamullah yang dg membaca 1 huruf saja Allah mengganjar
dengan banyak pahala apalagi jika kita bisa mengkhatamkannya dalam waktu yang
tertarget. Subhanallah, berapa besar ganjaran yang akan kita dapatkan.
Rasul SAW bersabda :
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu berkata: “Pelajarilah Al Quran ini, karena sesungguhnya kalian
diganjar dengan membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan
itu untuk الم , akan
tetapi untuk untuk Alif, Laam, Miim, setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (Atsar
riwayat Ad Darimy dan disebutkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash
Shahihah, no. 660).
Dan selain itu pula, Allah berjanji akan memberikan ketenangan jiwa bagi yang membaca dan mempelajarinya, sehingga antara Allah dengan kita serasa tak berjarak.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam salah satu
rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka,
melainkan pasti akan turun kepada mereka ketenangan, kasih sayang akan meliputi
mereka, para malaikat pun akan mengelilingi mereka, dan Allah pun akan menyebut
nama-nama mereka diantara para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim
dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa at-Taubah wa al-Istighfar [2699])
Namun, ada hal yang tidak boleh kita lupakan juga adalah bahwa Al
Qur'an adalah hudan lin naas atau petunjuk bagi hambaNya, serta al
furqon pembeda antara yang haq dan yang bathil.
Allah SWT berfirman :
Bulan
Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang batil). Qs.Al-Baqaroh, 185
Akan tetapi hakikat al Quran yang terakhir
inilah yang sering dilupakan oleh kaum muslimin. Kebanyakan, umat ini justru
berhenti pada aspek membaca, mengkhatamkan dan menghafalkan. Sungguh hal yang
luar biasa jika banyak kaum muslimin yang melakukan hal tersebut, hanya saja
hendaknya tidak cukup berhenti pada aspek yang demikian kemudian melupakan
untuk mengkajinya dan mengamalkannya. Sebab yang membuat para shahabat Rasul
SAW begitu mudah untuk menghafal Al Quran adalah karena mereka tidak berpindah
ke ayat-ayat yang lain sebelum mereka mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Imam Abu Amru Ad Dani menulis dalam kitabnya “Al Bayan” dengan
sanadnya dari Utsman dan Ibnu Mas`ud serta Ubay r.a.: Rasulullah SAW
membacakan kepada mereka sepuluh ayat, dan mereka tidak meninggalkan ayat itu
untuk menghafal sepuluh ayat selanjutnya, hingga mereka telah belajar untuk
menjalankan apa yang yang terdapat dalam sepuluh ayat itu. Mereka berkata: kami
mempelajari Al Quran dan beramal dengannya sekaligus.
Abdurrazzaq meriwayatkan dalam Mushannafnya dari Abdurrahman As
Sulami, ia berkata: Kami, jika mempelajari sepuluh ayat Al Quran, tidak akan
mempelajari sepuluh ayat selanjutnya, hingga kami mengetahui halal dan
haramnya, serta perintah dan larangannya (terlebih dahulu)
Dalam kitab Muwath-tha Imam
Malik mengatakan: disampaikan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar mempelajari
surah Al Baqarah selama delapan tahun. Hal itu terjadi karena ia mempelajarinya
untuk kemudian mengamalkan kandungannya, ia memerintahkan dengan perintahnya,
dan melarang dari larangan-larangannya, dan berhenti pada batas-batas yang
diberikan oleh Allah SWT
Oleh karena itu Ibnu Mas`ud berkata: Kami merasa kesulitan
menghafal Al Quran, namun kami mudah menjalankan isinya. Sedangkan orang
setelah kami merasakan mudah menghafal kalimat-kalimat Al Quran, namun mereka
kesulitan untuk menjalankan isinya.
Dari Ibnu Umar ia berkata: Orang yang mulia dari sahabat
Rasulullah SAW dari generasi pertama umat ini, hanya menghafal satu surah dan
sejenisnya, namun mereka diberikan rezki untuk beramal sesuai dengan Al Quran.
Sementara generasi akhir dari umat ini, mereka membaca Al Quran, dari anak
kecil hingga orang buta, namun mereka tidak diberikan rezki untuk mengamalkan
isinya
Betul apa yang dilakukan para shahabat Rasul SAW tersebut begitu
pula apa yang telah dipaparkan oleh para Ulama diatas.
Bukankah kita semua sekarang telah menyaksikan, betapa banyak para penghafal Al Quran namun mereka begitu sulit untuk dapat mengamalkan kandungan Al-Qur’an.
contohnya, ketika dalam Qs. Al Baqoroh 275-279 Allah berfirman :
Bukankah kita semua sekarang telah menyaksikan, betapa banyak para penghafal Al Quran namun mereka begitu sulit untuk dapat mengamalkan kandungan Al-Qur’an.
contohnya, ketika dalam Qs. Al Baqoroh 275-279 Allah berfirman :
الَّذِينَ
يَأْكُلوُنَ الرِّبَا
لاَ يَقُومُونَ
إِلاَّ كَمَا
يَقُومُ الَّذِي
يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ
مِنَ الْمَسِّ
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
قَالُوا إِنَّمَا
الْبَيْعُ مِثْلُ
الرِّبَا وَأَحَلَّ
اللهُ الْبَيْعَ
وَحَرَّمَ الرِّبَا
فَمَن جَآءَهُ
مَوْعِظَةُُ مِّن
رَّبِّهِ فَانتَهَى
فَلَهُ مَا
سَلَفَ وَأَمْرُهُ
إِلَى اللهِ
وَمَنْ عَادَ
فَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ
النَّارِ هُمْ
فِيهَا خَالِدُونَ
{275} يَمْحَقُ اللهُ
الرِّبَا وَيُرْبِي
الصَّدَقَاتِ وَاللهُ
لاَ يُحِبُّ
كُلَّ كَفَّارٍ
أَثِيمٍ {276} إِنَّ
الَّذِينَ ءَامَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ
وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ
لَهُمْ أَجْرُهُمْ
عِندَ رَبِّهِمْ
وَلاَ خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلاَ
هُمْ يَحْزَنُونَ
{277} يَآأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا
اللهَ وَذَرُوا
مَابَقِيَ مِنَ
الرِّبَا إِن
كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
{278} فَإِن لَّمْ
تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا
بِحَرْبٍ مِّنَ
اللهِ وَرَسُولِهِ
وَإِن تُبْتُمْ
فَلَكُمْ رُءُوسُ
أَمْوَالِكُمْ لاَ
تَظْلِمُونَ وَلاَ
تُظْلَمُونَ {279}
275. Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. 276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa. 277. Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. 278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. 279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rosul-Nya akan memerangimu. Dan jika bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak tidak (pula) dianiaya (dirugikan).
Ayat di atas adalah ayat tentang larangan riba yang secara gamblang Allah telah sebutkan. Namun fakta dilapangan, tidak mudah kita dapat berlepas diri dari riba. Sistem ekonomi kita dalam tataran makro menggunakan sistem ekonomi kapitalis liberal yang berbasis riba demikian juga dalam tataran mikro semisal simpan pinjam di PKK juga rata-rata berbasis riba. Bahkan jika kita hendak menilik lebih mendalam tentang riba, maka denda pembayaran itu juga termasuk riba nasi'ah. Riba jenis inilah yang membelenggu kaum muslimin tanpa sadar. Tengok saja dalam berbagai macam transaksi yang selama ini sering kita lakukan, dalam pembayaran listrik, air dll yang kita tidak bisa menghindar dari aturan dengan unsur riba tersebut.
tidak hanya ayat-ayat diatas, masih banyak terdapat ayat-ayat lain yang kita juga akan menemui kesulitan dalam pengamalan, misalnya dalam Al-Qur’an disebutkan kutiba ‘alaykum as shiyam (diwajibkan atas kalian berpuasa, QS Al-Baqarah Ayat 183), kutiba ‘alaykum al qishash (diwajibkan atas kalian qishos [hukuman setimpal: nyawa dibayar nyawa, dll] QS Al-Baqarah Ayat 178), kutiba ‘alaykum al qital (diwajibkan atas kalian berperang/jihad, QS Al-baqarah Ayat 216). Semuanya dari Al-Qur’an dan Surat yang sama semuanya memakai redaksional "kutiba" (telah diwajibkan) namun ternyata yang dapat kita aplikasikan saat ini adalah hanya pada ayat tentang shiyam atau puasa, sementara masalah qishos dan qital yang memiliki nilai kewajiban yang sama namun seolah tercampakkan.
Padahal, iman terhadap Alquran harus bersifat total. Sebab ada banyak ayat yang mewajibkan hukuman jilid bagi pezina, (QS al-Nur [24]: 2), potong tangan bagi pencuri (QS al-Maidah [5]: 38), dan qishosh bagi pembunuh (QS al-Baqarah [2]: 178), harus diimani sebagaiman ayat yang memerintahkan shalat, zakat, (QS al-Baqarah [2]: 43), dan puasa (QS al-Baqarah [2]: 183). Demikian juga dengan ayat yang mewajibkan jihad (QS al-Baqarah [2[: 216), menerapkan hukum Allah (QS al-Maidah [5]: 49), dan menaati ulil amri yang Muslim (QS al-Nisa' [4]: 59).
Pengingkaran terhadap salah satunya dapat menyebabkan pelakunya
jatuh kepada kekufuran dan hukuman yang berat. Allah SWT berfirman:
Apakah kamu beriman kepada sebahagian
al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang
yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehi-dupan dunia,
dan pada hari kia-mat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah
tidak lengah dari apa yang kamu perbuat (TQS al-Baqarah [2]: 85).
Sistem kapitalis sekulerlah yang menyebabkan ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum tersebut tidak bisa ditegakkan. Sebab ayat-ayat di atas pengamalannya dibebankan oleh negara untuk melaksanakannya, agar rahmatNya dapat dirasakan seluruh umat.
Sistem kapitalis sekulerlah yang menyebabkan ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum tersebut tidak bisa ditegakkan. Sebab ayat-ayat di atas pengamalannya dibebankan oleh negara untuk melaksanakannya, agar rahmatNya dapat dirasakan seluruh umat.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk berjuang menegakkan
seluruh hukum-hukum Allah yang terdapat di dalam Al Qur'an, Sehinga kita tidak
saja dapat membaca dan menghafalkannya melainkan sekaligus mengamalkannya untuk
memenuhi seruanNya dalam Qs' Al Baqoroh 208:
Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya (kaaffah), dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.
Dan yang terpenting untuk kita ketahui bersama bahwa hal tersebut
di atas hanya dapat terlaksana secara sempurna jika Islam diterapkan dalam
bingkai negara Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah..
Oleh
karena itulah, mari kita bersama berjuang untuk menyongsongnya demi tegaknya
seluruh ayat-ayatNya di bumi Allah ini…
أللَّهُمَّ
إنَّا نَسْألُكَ
خِلآفَةً رَاشِدَةً
عَلَى مِنْهَاجِ
النُّبُوَّةِ ،
تُعِزُّ بِهَا
الإسْلآمَ وَ
أهْلَهُ وَ
تُذِلُّ بِهَا
الْكُفْرَ وَ
أهْلَهُ ،
إنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ
Yaa
Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Negara Al Khilafah Al Raasyidah yang
mengikuti Manhaj Kenabian, yang dengannya mulialah Islam beserta umatnya dan
dengannya pula hinalah kekufuran beserta penganutnya. Sesungguhnya, Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar