Sabtu, 11 Januari 2014

Ayat-Ayat Yang Terlupakan

Alhamdulillah, memperhatikan akhir-akhir ini semakin banyak kaum muslimin yang mencoba mendekatkan diri dengan Al Quran.  Semakin banyak pula didirikan lembaga baca Al Qur’an,  lembaga penghafal Quran, dan gerakan membaca Al Quran. 
Al-Quran merupakan kalamullah yang dg membaca 1 huruf saja Allah mengganjar dengan banyak pahala apalagi jika kita bisa mengkhatamkannya dalam waktu yang tertarget. Subhanallah, berapa besar ganjaran yang akan kita dapatkan.
Rasul SAW bersabda :

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pelajarilah Al Quran ini, karena sesungguhnya kalian diganjar dengan membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan itu untuk الم  , akan tetapi untuk untuk Alif, Laam, Miim, setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (Atsar riwayat Ad Darimy dan disebutkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 660).

Dan selain itu pula, Allah berjanji akan memberikan ketenangan jiwa bagi yang membaca dan mempelajarinya, sehingga antara Allah dengan kita serasa tak berjarak.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam salah satu rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan pasti akan turun kepada mereka ketenangan, kasih sayang akan meliputi mereka, para malaikat pun akan mengelilingi mereka, dan Allah pun akan menyebut nama-nama mereka diantara para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa at-Taubah wa al-Istighfar [2699])

Namun, ada hal yang tidak boleh kita lupakan juga adalah bahwa Al Qur'an adalah hudan lin naas atau petunjuk bagi hambaNya, serta al furqon pembeda antara yang haq dan yang bathil. 
Allah SWT berfirman :

Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Qs.Al-Baqaroh, 185

Akan tetapi hakikat al Quran yang terakhir inilah yang sering dilupakan oleh kaum muslimin. Kebanyakan, umat ini justru berhenti pada aspek membaca, mengkhatamkan dan menghafalkan. Sungguh hal yang luar biasa jika banyak kaum muslimin yang melakukan hal tersebut, hanya saja hendaknya tidak cukup berhenti pada aspek yang demikian kemudian melupakan untuk mengkajinya dan mengamalkannya. Sebab yang membuat para shahabat Rasul SAW begitu mudah untuk menghafal Al Quran adalah karena mereka tidak berpindah ke ayat-ayat yang lain sebelum mereka mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Imam Abu Amru Ad Dani menulis dalam kitabnya “Al Bayan” dengan sanadnya dari Utsman dan Ibnu Mas`ud serta Ubay r.a.: Rasulullah SAW membacakan kepada mereka sepuluh ayat, dan mereka tidak meninggalkan ayat itu untuk menghafal sepuluh ayat selanjutnya, hingga mereka telah belajar untuk menjalankan apa yang yang terdapat dalam sepuluh ayat itu. Mereka berkata: kami mempelajari Al Quran dan beramal dengannya sekaligus.

Abdurrazzaq meriwayatkan dalam Mushannafnya dari Abdurrahman As Sulami, ia berkata: Kami, jika mempelajari sepuluh ayat Al Quran, tidak akan mempelajari sepuluh ayat selanjutnya, hingga kami mengetahui halal dan haramnya, serta perintah dan larangannya (terlebih dahulu)

Dalam kitab Muwath-tha  Imam Malik mengatakan: disampaikan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar mempelajari surah Al Baqarah selama delapan tahun. Hal itu terjadi karena ia mempelajarinya untuk kemudian mengamalkan kandungannya, ia memerintahkan dengan perintahnya, dan melarang dari larangan-larangannya, dan berhenti pada batas-batas yang diberikan oleh Allah SWT

Oleh karena itu Ibnu Mas`ud berkata: Kami merasa kesulitan menghafal Al Quran, namun kami mudah menjalankan isinya. Sedangkan orang setelah kami merasakan mudah menghafal kalimat-kalimat Al Quran, namun mereka kesulitan untuk menjalankan isinya.

Dari Ibnu Umar ia berkata: Orang yang mulia dari sahabat Rasulullah SAW dari generasi pertama umat ini, hanya menghafal satu surah dan sejenisnya, namun mereka diberikan rezki untuk beramal sesuai dengan Al Quran. Sementara generasi akhir dari umat ini, mereka membaca Al Quran, dari anak kecil hingga orang buta, namun mereka tidak diberikan rezki untuk mengamalkan isinya

Betul apa yang dilakukan para shahabat Rasul SAW tersebut begitu pula apa yang telah dipaparkan oleh para Ulama diatas.
Bukankah kita semua sekarang telah menyaksikan, betapa banyak para penghafal Al Quran namun mereka begitu sulit untuk dapat mengamalkan kandungan Al-Qur’an.
contohnya, ketika dalam Qs. Al Baqoroh 275-279 Allah berfirman :

الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَن جَآءَهُ مَوْعِظَةُُ مِّن رَّبِّهِ فَانتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللهِ وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ {275} يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ {276} إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ {277} يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَذَرُوا مَابَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ {278} فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُونَ وَلاَ تُظْلَمُونَ {279}

275. Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. 276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa. 277. Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. 278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. 279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rosul-Nya akan memerangimu. Dan jika bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak tidak (pula) dianiaya (dirugikan). 

Ayat di atas adalah ayat tentang larangan riba yang secara gamblang Allah telah sebutkan. Namun fakta dilapangan, tidak mudah kita dapat berlepas diri dari riba. Sistem ekonomi kita dalam tataran makro menggunakan sistem ekonomi kapitalis liberal yang berbasis riba demikian juga dalam tataran mikro semisal simpan pinjam di PKK juga rata-rata berbasis riba. Bahkan jika kita hendak menilik lebih mendalam tentang riba, maka denda pembayaran itu juga termasuk riba nasi'ah. Riba jenis inilah yang membelenggu kaum muslimin tanpa sadar. Tengok saja dalam berbagai macam transaksi yang selama ini sering kita lakukan, dalam pembayaran listrik, air dll yang kita tidak bisa menghindar dari aturan dengan unsur riba tersebut.

tidak hanya ayat-ayat diatas, masih banyak terdapat ayat-ayat lain yang kita juga akan menemui kesulitan dalam pengamalan, misalnya dalam Al-Qur’an disebutkan kutiba ‘alaykum as shiyam (diwajibkan atas kalian berpuasa, QS Al-Baqarah Ayat 183), kutiba ‘alaykum al qishash (diwajibkan atas kalian qishos [hukuman setimpal: nyawa dibayar nyawa, dll] QS Al-Baqarah Ayat 178), kutiba ‘alaykum al qital (diwajibkan atas kalian berperang/jihad, QS Al-baqarah Ayat 216). Semuanya dari Al-Qur’an dan Surat yang sama semuanya memakai redaksional "kutiba" (telah diwajibkan) namun ternyata yang dapat kita aplikasikan saat ini adalah hanya pada ayat tentang shiyam atau puasa, sementara masalah qishos dan qital  yang memiliki nilai kewajiban yang sama namun seolah tercampakkan.


Padahal, iman terhadap Alquran harus bersifat total. Sebab ada banyak ayat yang mewajibkan hukuman jilid bagi pezina, (QS al-Nur [24]: 2), potong tangan bagi pencuri (QS al-Maidah [5]: 38), dan qishosh bagi pembunuh (QS al-Baqarah [2]: 178), harus diimani sebagaiman ayat yang memerintahkan shalat, zakat, (QS al-Baqarah [2]: 43), dan puasa (QS al-Baqarah [2]: 183). Demikian juga dengan ayat yang mewajibkan jihad (QS al-Baqarah [2[: 216), menerapkan hukum Allah (QS al-Maidah [5]: 49), dan menaati ulil amri yang Muslim (QS al-Nisa' [4]: 59).

Pengingkaran terhadap salah satunya dapat menyebabkan pelakunya jatuh kepada kekufuran dan hukuman yang berat. Allah SWT berfirman:

 Apakah kamu beriman kepada sebahagian al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehi-dupan dunia, dan pada hari kia-mat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat (TQS al-Baqarah [2]: 85).

Sistem kapitalis sekulerlah yang menyebabkan ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum tersebut tidak bisa ditegakkan. Sebab ayat-ayat di atas pengamalannya dibebankan oleh negara untuk melaksanakannya, agar rahmatNya dapat dirasakan seluruh umat.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk berjuang menegakkan seluruh hukum-hukum Allah yang terdapat di dalam Al Qur'an, Sehinga kita tidak saja dapat membaca dan menghafalkannya melainkan sekaligus mengamalkannya untuk memenuhi seruanNya dalam Qs' Al Baqoroh 208:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya (kaaffah), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Dan yang terpenting  untuk kita ketahui bersama bahwa hal tersebut di atas hanya dapat terlaksana secara sempurna jika Islam diterapkan dalam bingkai negara Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah..
Oleh karena itulah, mari kita bersama berjuang untuk menyongsongnya demi tegaknya  seluruh ayat-ayatNya di bumi Allah ini…

أللَّهُمَّ إنَّا نَسْألُكَ خِلآفَةً رَاشِدَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، تُعِزُّ بِهَا الإسْلآمَ وَ أهْلَهُ وَ تُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَ أهْلَهُ ، إنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ



Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Negara Al Khilafah Al Raasyidah yang mengikuti Manhaj Kenabian, yang dengannya mulialah Islam beserta umatnya dan dengannya pula hinalah kekufuran beserta penganutnya. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar