Minggu, 22 September 2013

Sebuah Kisah Tentang ASI

Suatu hari ketika aku tengah memasak di dapur, seperti biasa sambil mendengar radio. Namun kali ini ada yang begitu menarik perhatianku untuk menyimak lebih dalam yaitu kisah seorang dokter di Amerika yang masuk Islam karena ASI. Sejenak kuhentikan aktivitas masakku untuk lebih menajamkan pendengaran dan fokus terhadap kisah tersebut. Begini kisahnya....

Kisah ini terjadi di salah satu rumah sakit di Amerika Serikat.
Di Rumah Sakit itu bertugas seorang dokter muslim berkebangsaan Mesir yang cukup 
dikenal karena prestasinya yang cemerlang. Sebut saja namanya Dokter Ahmad. Selama praktek di sana, ia banyak mengenal dokter-dokter lain sejawatnya. Salah satunya adalah Dokter John. Keduanya menjalin persahabatan begitu kental karena selain satu kantor, mereka juga sama-sama memiliki keahlian sebagai spesialis kandungan. Mereka biasa mengobrol tentang banyak topik, dari yang ringan keseharian sampai berdiskusi masalah keyakinan.
    
Suatu saat terjadi peristiwa menghebohkan di Rumah Sakit di mana mereka sama-sama bekerja. Malam itu, datang dua orang wanita yang hendak melahirkan secara bersamaan. Saat itu tidak ada satupun Dokter jaga yang bertugas di Rumah Sakit. Dalam kondisi yang darurat dan waktu yang sangat terbatas, mereka berdua harus menyiapkan segala keperluan medis untuk persalinan tanpa bantuan Dokter jaga sama sekali sebagaimana lazimnya di Rumah sakit manapun.

Sesudah persalinan selesai, bayi ditangani oleh Dokter anak dengan dibantu suster. Disinilah awal musibah terjadi. Ketidak telitian suster dalam bekerja membuat mereka lupa mencatat bayi masing-masing ibu yang dilahirkan. Dua bayi berjenis kelamin berbeda membuat mereka ragu. Ini bayi siapa dari ibu yang mana? Ketika dikonfirmasikan ke Dokter yang membantu prosesi kelahiran, Dokter itupun tidak mampu membedakan mana ibu dari masing-masing bayi itu.

Sebagai orang yang bertanggung jawab atas kasus tersebut, Dokter Ahmad dan Dokter John kebingungan dalam memecahkan masalah ini. Mereka berdiskusi berdua di kamar praktek untuk secepatnya menyelesaikan masalah ini.

Secara mengejutkan Dokter John bertanya kepada Dokter Ahmad dengan nada serius.

"Dokter Ahmad, bukankah dahulu Dokter pernah bercerita bahwa Al-Qur'an mampu menjelaskan segala sesuatu mencakup berbagai permasalahan? Tentang apapun itu?" Dokter Ahmad kaget juga, apa yang pernah dikatakannya dulu ternyata masih diingat dengan baik oleh Dokter John.

"Iya, Al-Qur'an telah menjelaskan segala sesuatu kepada umat manusia," jawab Dokter Ahmad yakin.

"Kalau begitu, tunjukan kepadaku bagaimana konsep Al-Qur'an untuk memecahkan permasalahan kita ini? Siapakah kira-kira ibu bayi laki-laki dan siapakah ibu bayi perempuan ini?"

Dokter Ahmad tidak bisa menyembunyikan kebingungannya. Sekalipun begitu, ia tetap menyanggupi tantangan Dokter John.

"Baiklah. Beri aku waktu beberapa hari, Saya akan pulang ke Mesir untuk bertanya kepada para ulama di sana mengenai hal ini. Semoga aku mendapatkan jawaban sehingga saya dapat menjelaskan kepada Anda saat kembali nanti."

Dokter Ahmad lalu pulang ke Mesir. Kepergiannya itu menorehkan harapan, bahwa yang ia pertaruhkan saai ini bukan semata-mata kredibelitas profesinya sebagai Dokter, akan tetapi kebenaran ajaran agamanya di depan pemeluk agama lain.

Di dalam pesawat ia tidak henti-hentinya berdoa. Ia berharap Allah memberikan pertolongan dengan mempertemukan dia pada salah seorang ulama yang bisa membantunya menjelaskan masalah ini dari sudut pandang Al-Qur'an. Allah lah Sang Maha Mengetahui dan Maha Mengajarkan kepada mahluk-Nya.

Sesampainya di Kairo, ia langsung menemui salah seorang ulama Al-Azhar dan menceritakan apa yang tengah dialaminya. Mendengar cerita itu, sang ulama tergelitik untuk membantunya. Terlebih demi tegaknya syiar agama Allah di muka bumi ini.

Sang ulama itu lalu mengatakan, dia sama sekali tidak paham dan tahu menahu masalah kedokteran.

"Dokter,aku tidak begitu banyak mengetahui ilmu kedokteran, Tapi aku akan bacakan kepada Anda salah satu ayat Al-Qur'an berikut ini, "Bagian (waris) laki-laki adalah dua bagian perempuan." (QS.An-Nisa ' [4]: 11). Pahami dan hayatilah ayat ini, barangkali saja Anda bisa mendapatkan inspirasi sesuai dengan ilmu kedokteran yang Anda tekuni," jelas ulama itu.

Dokter Ahmad pulang ke rumahnya dengan segunung pertanyaan di benaknya. Ia terus-menerus memikirkan ayat yang dibacakan oleh ulama Al-Azhar tadi. Setelah sekian lama ia merenung, akhirnya ia pun menemukan jalan keluar.

Keesokan harinya, Dokter Ahmad kembali ke AS dengan harapan riset ilmiah dari ayat yang dibacakan ulama tadi berhasil. Setibanya di AS, ia segera bergegas menemui temannya, Dokter John.

"Insya Allah. Sekarang aku bisa membedakan mana ibu bagi kedua bayi itu!" Ujar Dokter Ahmad dengan muka sumringah dan penuh keyakinan.

"Bagaimana caranya?" Tanya Dokter John penasaran.

"Aku sudah menemukannya di dalam Al-Qur'an, akan tetapi aku memerlukan pembuktian ilmiah untuk menyimpulkannya. Biarlah aku yang memeriksa terlebih dahulu ASI kedua ibu bayi itu di laboratorium. Kelak, Anda akan tahu hasilnya," jawab Dokter Ahmad kian mantap.

Sesudah beberapa saat Dokter Ahmad berada di laboratorium, ia keluar dengan mata berbinar-binar. Kepada koleganya, Dokter John, dia menjelaskan kesimpulannya, dengan yakin ia menunjukan bahwa si A adalah ibu bayi laki-laki itu, dan si B adalah ibu bayi perempuan ini. Kedua bayi itupun akhirnya kembali ke pangkuan ibu mereka masing-masing setelah sekian lama mereka berada dalam kebingungan masalah tersebut.

Dokter John yang belum mendapatkan penjelasan dari kesimpulan ilmiah tersebut makin kebingungan dan tak bisa menyembunyikan keheranannya. Ia meminta kepada Dokter Ahmad agar menjelaskan masalah ini.

"Bagaimana Anda bisa membedakan ibu dari kedua bayi itu dengan begitu yakin?"

"Iya, dari ASI masing-masing ibu kedua bayi itu, ketahuilah, bahwa komposisi kimiawi yang ada pada ASI ibu laki-laki lebih kuat dua kali lipat dari pada ASI pada ibu bayi perempuan. Demikian juga kadar garam dan kandungan vitamin dalam ASI ibu bayi laki-laki lebih kuat berkali-kali lipat dari pada bayi perempuan," jelas Dokter Ahmad.

Dokter John makin takjub dengan penjelasan kawannya itu, ia merasa sangat penasaran dan kembali memberondong koleganya dengan berbagai pertanyaan lain.

"Apa yang mendasari anda untuk melakukan riset yang menakjubkan itu?" Tanya Dokter John.

"Dari Al-Qur'an," jawab Dokter Ahmad singkat.

"Al-Qur'an!" Dokter John mengerutkan keningnya kaget. Mtanya terbelalak tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.

'Iya, dalam Al-Qur'an ada ayat yang menegaskan bahwa bagian waris laki-laki itu dua kali lipat dari pada yang diberikan kepada perempuan. Ayat itulah yang aku gunakan untuk melakukan penelitian ASI masing-masing ibu."

Mendapatkan penjelasan yang begitu mengagumkan, hati dokter John menjadi lemas lunglai. Bagaimana mungkin masalah kedokteran yang begitu musykil justru bisa dijawab oleh Al-Qur'an? Ia baru menyadari, kejeniusan dan kemapanan sains dan teknologi apabila disandingkan dengan ilmu Allah melalui firman-firman-Nya sama sekali tidak ada artinya.

Dokter John kini benar-benar merasakan kebenaran wahyu-wahyu Allah di dalam kitab suci-Nya. Hatinya melembut membentuk gugusan-gugusan sutera yang indah. Dengan linangan air mata dan bibir bergetar ia mengutarakan niatnya untuk memeluk agama ISLAM. Maha benar ALLAH dengan segala firman-Nya!



Sebuah kisah yang mencerahkan untukku juga sekaligus menghiburku. Subhanallah begitu luar biasa apa yg telah Allah SWT anugerahkan kepadaku. sebagai seorang Ibu yang telah melahirkan 3 anak laki-laki, aku merasa inilih salah satu jawaban Allah terhadap pertanyaan-pertanyaan yg kadang muncul di benak ini. Setiap melahirkan 1 orang anak, maka berat badanku turun 2kg, begitu seterusnya hingga anak ke-3.  Padahal sedari aku kecil, jika berat badan sudah turun maka betapa sulitnya untuk menaikkannya kembali. Begitu pula saat ini. Setidaknya kisah tentang ASI ini semakin mengukuhkanku bahwa Allah lebih mengetahui apa-apa yang selama ini menjadi rahasia kehidupan manusia. Ada hikmah yang bisa akau petik, bahwa merelakan nutrisiku selama 2 tahun penuh untuk kubagi pada anak-anakku dengan porsi 2x lebih besar dari seorang bayi perempuan, sungguh merupakan suatu hal yang membuatku merasa luar biasa. Ya, karena Allah telah memilih aku dan mempercayakannya kepadaku untuk melahirkan mereka, meskipun untuk mengasuhnya juga membutuhkan energi ekstra. Karena dengan 2x nutrisi tersebut mereka tumbuh menjadi anak-anak yang begitu aktif. Pantaslah jika di sebutkan dalam sebuah hadist bahwa Ibu memiliki hak atas anak laki-lakinya.  dari Aisyah r.a. berkata: “Aku bertanya kepada Nabi Muhammad saw., siapakah manusia yang paling berhak atas seorang wanita?” Jawabnya, “Suaminya.” “Kalau atas laki-laki?” Jawabnya, “Ibunya.” (HR.  Imam Ahmad, An-Nasa’i, Al-Hakim).  Wallahu a’lam bishowab


Tidak ada komentar:

Posting Komentar